Kopi
Di negri penghasil kopi,
kopi adalah suguhan khas yang penuh makna. Rasanya pahit laksana pil yang
senantiasa dibubuhkan dokter pada kertas resep. Bahkan ada yang mengatakan
pahitnya mengalahkan pil. Namun, Bukan hanya sekedar rasa yang menyandingkan
antara kopi dan pil, begitu juga dengan khasiatnya. Khasiat kopi dipercaya
mampu menyembuhkan orang yang sedang mengalami stres karena putus cinta atau
bahkan penghilang rasa capek setelah bekerja. Itu mengapa banyak para penikmat
kopi menamakan kopi sebagai obat kehidupan.
Obat-obat di apotik
kiranya hanyalah mampu membius fisik, tak sampai pada jiwa. Sedangkan kopi
mampu menghangatkan jiwa. Senandung kebersamaan akan sebuah persahabatan tak
lengkap bila kehadiran kopi absen. Disitu kita akan menemukan kopi sebagai
kehangatan pelengkap tawa dan duka persahabatan.
Tak sampai disitu.
Ternyata kopi bukan hanya sekedar pelengkap ataupun obat. Ia sering menjelma
diantara kerisauan manusia ditengah kesendirian. Kita akan sering melihat
banyak para peminum kopi di depan rumah atau di celah-celah warung kopi yang
hanya duduk sendiri, namun di mejanya terhidangkan kopi. Memang kopi tak mampu
kita ajak bicara, tapi kopi mampu menghadirkan persahabatan tak nyata dalam
benak fikir. Entah dia bisa menjelma siapapun yang kita suka.
Terkadang, banyak pula
kita lihat kopi adalah pemicu dari pemikiran atau semangat bekerja. Layaknya
seperti api yang menyulut bom. Airnya mampu membius fikiran hingga melalang
buana kepada sejarah atau masa depan. Sering kita lihat, orang-orang yang
bekerja, entah apapun profesinya, mau dosen ataupun tukang bangunan, menjadikan
kopi sebagai minuman penyulut semangat.
Di eropa, kopi sejenis
minuman yang mungkin kalah dibanding dengan wine ataupun beer.
Disana label seperti Jack Daniels, Heineken, hingga Vodka adalah
minuman yang mereka kuasakan mengalahkan Kopi. Hidangan seperti memang
mengindahkan, tetapi juga memabukkan, hingga menimbulkan kekacauan. Bayangkan
saja, sudah berapa nyawa melayang dijalanan yang hilang disebabkan oleh para
pemabuk yang habis minum-minuman berkohol itu. Sampai suatu hari disebuah
negara, tercipta sebuah lagu yang didalamnya ada petisi mengenai bahaya minuman
itu. Sebut saja lagu yang berjudul “Miras, Minuman Keras” karya Haji
Rhoma. Nyaris mempertegas hal itu, diera trend dangdut masa kini
tercipta pula lagu yang hampir bersubstansi sama dengan karya pentolan Soneta
Group itu. Lagu ”Oplosan” kini sudah hampir setiap malam kita dengar
disebuah acara televisi swasta.
Kembali kepada maha raja
kopi. Hampir kita tidak pernah dengar suatu duduk perkara kriminalitas yang
dipicu gara-gara si tersangka meminum kopi. Itulah mengapa di negara penghasil
kopi seperti negara kita ini, kopi sudah seharusnya menjadi pendamping hidup
yang penuh makna. Di negri ini, kita disuguhkan beragam pilihan aneka kopi yang
berbeda rasa dan aroma. Mulai dari aceh, lampung, medan dan jawa adalah
daerah-daerah penghasil kopi.
Pada catatan kali ini aku
tidak mempromosikan bakul kopi. Tapi aku ingin menggusur minuman beralkohol
yang meresahkan itu. Bagiku kopi adalah belahan jiwa berupa minuman yang penuh
makna. Jangan heran suatu saat jika beberapa temanku mengomentari buku-bukuku
yang banyak tetesan kopi diatas kertas putihnya. Beberapa teman yang bilang
begitu padaku, maka aku lekas jawab: “dalam aku membaca buku, memag selalu aku
hadirkan kopi. Dan entah mengapa dengan sendirinya (tanpa aku suruh) tetesan
kopi menetes diatas kertas putih buku”. Itulah yang namanya berbagi kenikmatan.
Buku bukan hanya penahbisan kehausan akan pikiran kita, tapi mungkin dia juga
haus akan belaian rasa dan aroma kopi.
Melihat air kopi yang
bergoyang seperti dia sedang bersenandung, lalu dia cuplikkan senyumnya berupa
ombak kecil dalam satu cangkir.
Muhammad Luthfil hakim
Joker, 31 Januari
2014
Comments
Post a Comment