FPI dan Bulan Suci

Masyarakat muslim menyebutnya Bulan Suci, bulan penuh berkah, mempersempit ruang bagi yang serakah untuk saling bersedekah, nuansanya cerah layaknya bunga yang lagi mekar merekah. sayangnya tak seperti harapan, kini bulan yang datang diawal juli ini harus ternodai oleh ulah para umatnya sendiri, sebut saja mereka FPI (front pembela islam), membela sih, tapi tak berorientasi pada perjuangan esensi, melainkan lebih pada pencapaian eksistensi diri.

Hampir setiap tahun ada saja ulah mereka, mulai dari grebek warung kopi hingga lokalisasi, korbanyapun bervariasi, ada yang luka-luka hingga nyaris mati atau beberapa sudah mati, sungguh ini ironi, harus berhenti!, namun apa daya kekuatan masa FPI telah mengatasnamakan jihad dijalan Muhammad demi pencapaian pahala di akhirat, alhasil bagi mereka segala tingkah laku hidup yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan kehendak fikir mereka langsung mereka sikat.



Pada dasarnya apa yag dilakukan leh FPI akhir-akhir ini patut disayangkan, mereka menyebutkan bahwasanya mereka memberantas segala aktivitas warga yang meresahkan namun tindak tanduk mereka sendirilah yang mencemaskan masyarakat.

Sebetulnya meskipun warung kopi dan lokalisasi tetap buka di bulan ini itu tidak akan berdampak apa-apa, karena masyarakat muslim sebenarnya sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus mereka perbuat dikala mereka harus dituntut untuk menahan diri atas nafsu, mereka punya nurani, intuisi yang bersifat cahaya yang selalu memberikan masukan pada fikir untuk bertindak atas dasar kebenaran ilahi.

Yakinlah, meskipun seluruh warung kopi dan lokalisasi tetap buka di bulan ini, bulan ini akan tetap suci, karena suci sebagai tempat hanya ada ditempat peribadatan, FPI tidak bisa mensucikan seluruh kota demi kesucian yang sesuai dengan subyektivitas pemikiran mereka, harusnya mereka tahu diri bahwa diri merekalah yang harus bersuci atas kelakuan diri mereka, bukan kok terus ngotot-ngotot dijalanan memaksa kesucian orang lain.

namun terkadang jika sedikit membela mereka, sesungguhnya tindakan mereka ada benarnya juga, ketika mereka menginginkan dalam bulan ini kegiatan ilegal yang mengundang nafsu birahi untuk disudahi terlebih dahulu, ini benar karena banyak juga masyarakat yang sedang taubat dengan keterbatasan iman masih memiliki perilaku yang labil dalam mengelola nafsu mereka, sehingga tempat-tempat seperti warung kopi dan lokalisasi sangat mengganggu mereka.

lantas jika sudah seperti ini siapa yang salah?, apakah FPI ataukah pemilik warung kopi dan lokalisasi?. mungkin alangkah baiknya jika persoalan seperti ini didudukkan bersama antara FPI dan pemilik tempat-tempat itu, pemerintah dan para kiyai yang memediasi bagaimana enaknya, karena negeri ini penuh kedamaian dan sejak dulu nenek moyang kita mengajarkan bagaimana cara hidup dalam perbedaan dengan sejuta perdamaian. :) (uvi2013)

Comments

Popular posts from this blog

LPJ Divisi Pendidikan Penalaran HIMAP

Tugas Etika Pemerintahan B.IPM 3

“Semangat Kemerdekaan Menuju Pesta Demokrasi Jatim”