Presidential Lecture Presiden RI Dalam Rangka Indonesia Young Leaders Forum 2011

TRANSKRIPSI
PRESIDENTIAL LECTURE DENGAN TEMA "SBY ON LEADERSHIP" OLEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PRESIDENTIAL LECTURE OLEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM RANGKA INDONESIA YOUNG LEADERS FORUM 2011
BALLROOM, HOTEL RITZ CARLTON PACIFIC PLACE
9 JUNI 2011



Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati para Menteri, para Anggota DPR RI, dan para Anggota DPD RI, Saudara Gubernur DKI Jakarta, Saudara Ketua Umum HIPMI, para Sesepuh dan Senior HIPMI, Saudara Ketua dan para Anggota Komite Ekonomi Nasional, Saudara Dekan Fakultas Ekonomi UI beserta para Guru Besar UI, para Pimpinan Dunia Usaha, baik BUMN maupun swasta, para Tokoh dan Pemimpin Muda, Pemimpin Masa Depan, utamanya dari kalangan HIPMI yang saya cintai dan saya banggakan,

Sebelum saya menyampaikan ceramah tentang kepemimpinan sebagaimana yang dimintakan oleh Pimpinan HIPMI, sebagaimana tadi Ketua Panitia Penyelenggara memperkenalkan diri. Barangkali saya juga perlu memperkenalkan diri.

Nama saya, SBY. Jabatan saya, Presiden Republik Indonesia ke-6 hasil Pemilu 2004 dan Pemilu 2009. Saya bukan Capres tahun 2014. Istri, saya ulangi, istri dan anak-anak saya juga tidak akan mencalonkan menjadi Presiden 2014. Saat ini saya juga tidak mempersiapkan siapa-siapa untuk menjadi Capres 2014, biarlah rakyat dan demokrasi yang berbicara pada tahun 2014 mendatang. Setiap orang memiliki hak dan peluang untuk running for RI1. Atas dasar itulah Saudara-saudara, para Pemimpin Muda, saya menerima dengan baik Saudara Erwin Aksa untuk memberikan ceramah tentang kepemimpinan hari ini, on leadership.

Kalau tidak saya jelaskan dan saya perkenalkan siapa saya, dan keluarga saya, utamanya bukan menjadi Capres 2014, saya khawatir Saudara Erwin dan Saudara semua dicurigai oleh pihak-pihak yang kegemaran dan kebahagiannya bercuriga. Bisa-bisa Saudara dituduh jadi tim suksesnya SBY tahun 2014. Tahun 2014, saya tidak perlu tim sukses karena Insya Allah saya akan jatuh tempo.

Meskipun demikian Saudara-saudara, hampir pasti akan ada komentar yang negatif, serta gorengan, plintiran terhadap acara yang tebuka hari ini, tapi jangan khawatir, Allah Maha Mengetahui, rakyat juga punya hati. Jadi acara kita hari ini sah dan halal karena niatnya baik, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT memberikan rahmat, berkah dan ridho-Nya. Semoga pula para pemimpin muda, doa saya dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga Saudara semua semakin sukses dalam karier dan profesi dan terus tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin tangguh di negeri ini. Itu perkenalan dan pengantar saya.

Sekarang saya ingin menyampaikan ceramah saya tentang kepemimpinan. Saya beri judul “Memimpin di Era Perubahan”. Mengapa saya pilih judul seperti itu? Kita semua tahu negara kita berada dalam proses transformasi, perubahan besar, termasuk di dalamnya reformasi dan demokratisasi saat ini. Segala bidang kehidupan sekarang tengah mengalami perubahan, baik di pusat maupun di daerah, baik di bidang ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, militer, dan bidang-bidang kehidupan bangsa yang lain.

Dari judul itu, Memimpin di Era Perubahan, saya ingin mengedepankan empat hal utama. Pertama, tentang kepemimpinan itu sendiri on leadership.

Yang kedua, tantangan bagi para pemimpin Indonesia di era perubahan sekarang ini. Kemudian yang ketiga, saya ingin juga menyampaikan apa yang saya lakukan Saudara-saudara, dalam memimpin negeri dewasa ini untuk sebuah pembelajaran, lesson to be learnt. Dan yang terakhir nanti adalah pesan dan harapan saya kepada Saudara semua, utamanya para pemimpin muda Indonesia agar sekali lagi, Saudara semua sukses.

Hadirin yang saya hormati,
Mari kita mulai dari bagian pertama dari ceramah saya ini, yaitu tentang kepemimpinan. Saya akan mulai dengan mengedepankan sejumlah pertanyaan kunci, key questions on leadership. Untuk apa? Untuk menyegarkan pengetahuan kita tentang kepemimpinan dan setelah itu, saya akan akhiri bagian pertama itu untuk mengambil esensi tentang kepemimpinan dan barangkali juga kiat-kiat kepemimpinan yang bisa kita pelajari bersama-sama.

Saudara-saudara,
Berkaitan dengan pertanyaan kunci tentang kepemimpinan, saya memiliki sejumlah catatan, antara lain, apa itu kepemimpinan, apa bedanya dengan manajemen. Kemudian apa yang perlu dimiliki dan diketahui oleh seorang pemimpin, oleh kita semua, oleh Saudara, apa yang harus dilakukan oleh pemimpin, apakah gaya kepemimpinan itu harus selalu sama dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain, kemudian apa kriteria sukses seorang pemimpin.

Agar seorang pemimpin itu sukses, apakah yang bersangkutan harus berorientasi kepada nilai atau values, atau pada proses, atau pada result, hasil, performance. Kalau kita membaca sekian puluh buku tentang kepemimpinan, teorinya berbeda-beda. Pertanyaan yang lain adalah, adakah kesamaan antara memimpin di dunia politik, di dunia bisnis, dan di dunia militer.

Menghadapi masalah dan tantangan dewasa ini yang makin kompleks, dan sering penuh dengan dilema dan paradoks, apa yang mesti dilakukan oleh seorang pemimpin. Kemudian bagi para pemimpin Indonesia, dalam era transformasi dan perubahan besar sekarang ini, tantangan apa yang unik, yang khas, dan kemudian bagaimana kita semua dapat melakukan misi kepemimpinan dengan tepat.

Tiga pertanyaan berikutnya lagi berkaitan dengan apa yang saya lakukan dalam memimpin negeri ini, saya ingin menyampaikan ke hadapan Saudara semua nanti, mengapa atau rational apa yang saya pilih sebagai Presiden dalam menjalankan kepemimpinan sekarang ini. Saya tahu banyak kritik dan komentar. Saya ingin sampaikan my rational, the why, saya mengambil cara-cara memimpin seperti sekarang ini. Masih berkaitan dengan what I have done in leading this country, secara khusus saya ingin mengedepankan beberapa contoh menyangkut keputusan-keputusan penting, strategi, kebijakan dan tindakan yang saya lakukan selama hampir 7 tahun ini, termasuk argumentasi apa yang melandasinya.

Dan less but not least, di akhir ceramah saya nanti, saya sungguh ingin Saudara semua sukses. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan pesan dan harapan kepada Saudara semua sebagai pemimpin-pemimpin masa depan yang insya Allah tidak akan lama lagi untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang lebih besar melanjutkan kepemimpinan di negeri kita ini.

Itulah key questions, critical questions to be answered. Saya ingin menyampaikan jawaban yang bisa Saudara nalar, pikirkan ataupun rasakan. Dan sekali lagi, ini bisa menyegarkan ingatan kita tentang kepemimpinan. Apa itu kepemimpinan, Saudara-saudara? Banyak teori, banyak definisi, tetapi saya memilih kepemimpinan itu tiada lain adalah seni dan ilmu mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan, goal, objectives dari sebuah organisasi, apa pun organisasi itu, mulai dari tingkat terendah sampai negara. Kepemimpinan juga boleh dimaknai sebagai proses untuk mengajak yang lain untuk menjalankan misi, termasuk menciptakan lingkungan atau environment yang kondusif bagi pencapaian tujuan atau sasaran. Dan ada yang mengatakan, leadership tiada lain adalah the art of persuasion. Itu kurang lebih makna kepemimpinan menurut cara pandang saya.

Lantas apa bedanya dengan manajemen. Kepemimpinan sesungguhnya lebih berorientasi kepada manusianya, sedangkan manajemen mengait kepada semua resources, sumber daya yang harus dikelola oleh seorang manager, termasuk human capital untuk mencapai tujuan. Meskipun dua-duanya tidak bisa dipisahkan, kait-mengait, tali-temali, dan saling mempengaruhi.

Saudara,
Pertanyaan yang lain adalah apa yang perlu dimiliki oleh pemimpin. Saya yakin Saudara akan setuju, pemimpin haruslah memiliki karakter, memiliki kapasitas intelektual, syukur-syukur punya pengalaman memimpin, dan di atas segalanya dia harus bisa memimpin. Orang yang sangat cerdas, yang karakternya baik belum tentu bisa memimpin. Oleh karena itu, harus belajar, dilatih, dididik, diberikan pengalaman agar juga bisa memimpin dengan baik.

Sedangkan apa yang mesti diketahui oleh kita semua, sebagai pemimpin, tentu kita harus tahu tujuan dan sasaran bisnis anda, negara kita, provinsi X, organisasi apa pun, termasuk partai politik apa yang menjadi goal, tujuan atau sasaran. Lantas kita tahu semua dalam dinamika, dalam lingkungan yang dinamis, kita harus tahu SWOT, strength and weakness, lantas opportunity and threat. Orang yang mengerti SWOT hampir pasti makin efektif di dalam memilih cara untuk mencapai tujuan.

Kemudian pada tingkat yang lebih tinggi, cara mencapai tujuan kompleks. Oleh karena itu, harus dirumuskan strateginya seperti apa, taktiknya seperti apa, caranya juga seperti apa. Dan ketika misi dilaksanakan, kepemimpinan dilakukan hampir pasti ada masalah sepanjang ada perjalanan. We have to find solution, kita harus mendapatkan solusi untuk mengatasi persoalan, hambatan, tantangan ketika oganisasi digerakkan untuk mencapai tujuan.

Saudara-saudara,
Pertanyaan yang lain, lantas apa yang mesti dilakukan oleh seorang pemimpin, ya memimpin, to lead, membangun lingkungan dan kebersamaan, to develop, dan kemudian ya akhirnya mencapai sasaran atau tujuan, to achieve. Sederhana sekali, tetapi itu fundamental karena harus dilaksanakan.

Pada tataran yang lebih strategis, menghadapi persoalan yang amat kompleks, tujuan yang berjangka lebih panjang, maka leadership haruslah juga bisa menunjukkan visi, bisa menentukan apa tujuan dan sasaran, memberikan directions yang jelas, memastikan bahwa semua directions itu dilaksanakan, termasuk rencana-rencananya, dan kemudian pemimpin memberikan motivasi, mendorong melakukan pengawasan agar tujuan itu bisa dicapai.

Saudara-saudara,
Tadi saya mengatakan apakah gaya kepemimpinan dari satu pemimpin dengan pemimpin yang lain harus sama. Meskipun circumstances-nya sama, negerinya sama, saya katakan, tergantung kepribadian dan pilihan masing-masing, terpulang pula pada situasi yang dihadapi. Ada dalam teori kepemimpinan, Saudara juga sudah mengetahui, ada tipe pemimpin yang seperti diktator, yang otoritarian, yang demokrasi, yang laissez faire atau longgar, atau bebas, tentu semua itu ada semua itu ada konteksnya masing-masing, yang penting tujuan dan sasaran bisa dicapai.

Saudara-saudara,
Tadi saya mengatakan apakah untuk sukses itu pemimpin lebih baik berorientasi pada nilai atau values, atau proses, atau hasil akhirnya, atau result. Begini Saudara-saudara, pada akhirnya, berhasil atau tidak berhasilnya seorang pemimpin diukur dari apakah tujuan dan sasaran dapat dicapai atau apakah misi dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam kaitan itu, masih saya katakan dalam lingkup yang lebih besar membangun sebuah negara, belum tentu bisa dilihat hasil 15 tahun ke depan, 25 tahun depan, tetapi bisa diketahui apakah ada progress, ada kemajuan dalam kepemimpinan seseorang, apakah di daerah, apakah di pusat atau dalam konteks apa pun.

Saya tadi mengatakan meskipun akhirnya yang dilihat adalah hasil, result, performance, tetapi tidak mungkin itu dicapai kalau prosesnya tidak benar, dan proses yang benar pastilah juga sang pemimpin tetap bertumpu kepada nilai dan prinsip-prinsip yang baik dan benar. Saya pikir ada kait-mengaitnya satu sama lain.

Para Pemimpin Muda yang saya cintai,
Apakah ada kaitan, apakah ada kesamaan antara kita memimpin di dunia politik, di dunia bisnis, dan di dunia militer. Mari kita lihat. Baik di lingkungan bisnis, politik, militer atau apa pun, semua tentu memiliki goal, memiliki objectives, semua tentu ingin menang, ingin berhasil. Politik ingin menang dalam pemilu, ingin menang dalam pilpres, ingin menang dalam pemilukada, dan kompetisi-kompetisi yang lain, pastilah. Dalam bisnis, Saudara ingin menang dalam persaingan mendapatkan profit sebagaimana yang diharapkan, menang dalam kompetisi. Di dalam militer, para jenderal, para kolonel ingin menang dalam peperangan, dalam pertempuran, setiap tugas militer juga ingin dicapai dengan baik. Sama di situ. Berhasil dalam bisnis, berhasil dalam politik, berhasil dalam militer juga diperlukan strategi, diperlukan taktik, dan cara-cara yang efektif.

Kemudian semua mengalami, sekali lagi, entah di militer, entah di politik, entah bisnis dan ekonomi, permasalahan dan tantangan itu kompleks dan berat sering diperlukan intuisi, judgement atau logika, diperlukan keputusan dan opsi yang tepat dan kemudian dijalankan dengan kepemimpinan yang efektif. Dan kita merasakan situasinya tidak mudah, tidak aman-aman saja, sering tekanannya terlalu berat, high pressure, resikonya sering terlalu tinggi, dan penuh juga dengan ketidakpastian.

Oleh karena itu, Saudara semua, kita semua hampir pasti mengambil pasti mengambil resiko, kita mesti ulet dan gigih, tapi juga cerdas dan cekatan dalam memimpin kompetisi agar perangnya menang, agar pemilunya menang, agar bisnisnya juga berhasil. Saya yakini bahwa ada korelasi, ada kesamaan memimpin di ketiga wilayah itu.

Dengan jawaban atas pertanyaan kunci itu, maka bagian akhir dari bagian pertama ini, saya ingin menyampaikan rangkuman. Satu, esensi dan juga kiat-kiat bagi kita semua yang terus belajar memimpin agar lebih berhasil. Satu, pemimpin mesti memiliki karakter dan kapasitas untuk memimpin. Saya kira kita semua setuju.

Yang kedua, pemimpin apalagi tingkat menengah dan atas mesti memiliki visi dan mampu mengkomunikasikan visi itu dalam arahan, dalam direction yang jelas. Pemimpin mesti memastikan bahwa tujuan dan sasaran yang sudah dirumuskan, mission statement, goal statement, itu sungguh dilaksanakan dan diupayakan, dan kemudian dalam pelaksanaannya pemimpin mengarahkan, memotivasi dan juga melakukan pengawasan. Menghadapi permasalahan dan tantangan, pemimpin harus menemukan solusi. Ini rangkuman yang lain, menunjukkan jalan dan memberikan harapan atau hope bagi yang dipimpin.

Pemimpin mesti kreatif dan inovatif. Saya senang tadi yang disampaikan oleh Saudara Erwin, anak muda, makin kreatif, makin inovatif dan saya bangga, saya optimis negeri kita akan makin baik. Dan pemimpin yang kreatif dan inovatif dan terus mencari peluang tentu akan mendatangkan perubahan yang baik.

Pemimpin harus kaya dengan gagasan, ideas. Jangan berhenti berpikir. Think big dan terus melakukan perubahan, improvement. Jangan puas dengan ini, tambah lagi, jangan puas lagi, tambah lagi, terus. Jepang ada teorinya continuous improvement atau Kaizen.

Pemimpin harus mampu mengelola perubahan dan mengelola krisis. Jangan pada saat krisis terus pergi, tangani, handle, selesaikan. Pemimpin harus mampu membangun dan mempengaruhi lingkungan, apalagi makin tinggi sebuah organisasi yang dipimpin. Agar lingkungannya kondusif untuk pencapaian tugas pokok dan tujuan, pemimpin mesti dapat membuktikan adanya kemajuan atau progress dan mengatakan bahwa hasil telah dicapai, seperti hymne atau mars HIPMI tadi. Tiada yang lebih membanggakan kecuali tugas telah diselesaikan, hasil telah dicapai.

Dan yang terakhir, khusus rangkuman soal leadership ini, kepemimpinan ini, pemimpin haruslah, Saudara semua menjadi man dan woman juga ya, jangan kalau saya bicara man selalu laki-laki, maksud saya ya man and woman, man of ideas and man of actions, dan yang lebih berat memberi contoh, menjadi tauladan di dalam kepemimpinan. Itulah the essence of leadership. Itulah rangkuman dari pertanyaan kritis beserta jawaban yang telah saya kedepankan tadi.

Para Pemimpin Muda yang saya cintai,
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Sebelum saya lanjutkan pada bagian berikutnya lagi, saya ingin menyampaikan tentang posisi dan kewajiban saya yang memberikan lecture pada hari ini. Saya tidak bermaksud mengajari atau menggurui Saudara semua tentang kepemimpinan, tidak, tapi saya hanya ingin berbagi, sharing dengan Saudara semua menyangkut pandangan, pengalaman, dan apa yang saya lakukan di dalam memimpin negeri ini.

Jika ada yang bertanya, Saudara, misalnya apakah SBY sebagai Presiden telah mengusai dan tidak memiliki kesukaran di dalam menjalankan misi kepemimpinannya. Jawabannya adalah sebagai berikut. Menyangkut kepemimpinan, saya, saya kira Saudara juga, terus belajar. Saya
telah bertugas di lingkungan TNI selama 30 tahun dan saya kira Saudara tahu syarat dengan tugas memimpin, menjadi menteri hampir 5 tahun, menjadi Presiden hampir 7 tahun, tetapi saya masih terus belajar, terus memetik berbagai pengalaman, baik pengalaman sendiri, keberhasilan dan ketidakberhasilan maupun pengalaman pemimpin lain, pemimpin di tingkat dunia maupun pemimpin di negeri ini.

Memimpin itu, masih menjawab kalau ada yang bertanya seperti itu, apalagi pada tingkat nasional atau puncak adalah sesuatu yang amat kompleks sehingga dari waktu ke waktu selalu menghadapi tantangan dan permasalahannya. Jadi kalau Saudara merasa, ini kok banyak sekali masalah, ini kok buntu, ini kok sulit, ini kok resikonya tinggi, saya pun juga menghadapi seperti itu. Dan saya pun terus berikhtiar, mencari akal bagaimana masalah itu kita selesaikan dengan cara yang baik, dengan etis sesuai dengan landasan konstitusi dan undang-undang yang ada.

Hadirin yang saya hormati,
Saya ingin masuk kepada bagian yang lain, meskipun Saudara sudah tahu tantangan apa bagi kita semua pemimpin di Indonesia ini di era perubahan. Kita tahu negara berada dalam proses transformasi dan demokratisasi. Kita tahu permasalahan yang kita hadapi kompleks dan beragam. Kita tahu tuntutan atau harapan, atau expectation dari rakyat sangat tinggi. Semua ingin berubah besok, jangan lusa, menjadi baik seketika. Tetapi kita sadar kapasitas dan juga sumber daya yang kita miliki di bawah ekspektasi dari rakyat yang tinggi itu. Dan di alam kebebasan dan keterbukaan sekarang ini, kalangan masyarkat kita, utamanya masyarakat politik itu sangat kritis sehingga sering situasi sosial dan situasi politik terasa menghangat dan dinamis, itu pun harus kita terima, harus kita hadapi. We have to go through.

Kemudian dalam dunia yang terus berubah sekarang ini, Saudara juga merasakan dari tahun ke tahun, Indonesia juga mendapatkan dampak dan dipengaruhi oleh lingkungan global yang terus berubah dan penuh ketidakpastian itu. Those our challenges. Oleh karena itu, untuk para pemimpin di negeri ini, kemampuan yang diharapkan dan misi yang harus kita emban, memimpin apa pun yang ada di negeri kita ini di era perubahan adalah kita semua mesti memiliki kemampuan memimpin dalam kompleksitas permasalahan yang ada, termasuk memimpin situasi krisis, krisis apa pun. Kita juga harus memiliki kemampuan untuk memimpin dalam situasi negara dan juga lingkungan dunia yang terus berubah, tidak berhenti perubahan itu. Resep tiga tahun yang lalu belum tentu cocok untuk sekarang. Resep sekarang belum tentu cocok untuk 3-4 tahun mendatang.

Kemudian di atas segalanya, negara kita, kita rasakan sejak 1998 hingga hari ini meskipun ada perubahan yang positif, tetapi tetap kita dipercayakan untuk mampu melakukan dan menjalankan manajemen krisis, mulai dari krisis lokal sampai krisis berskala besar, bencana alam misalnya, krisis ekonomi dan bisnis, krisis keamanan, misalkan mencari solusi konflik dan juga konflik-konflik politik. Dan di atas segalanya untuk Saudara semua, untuk kita semua di era perubahan ini, pemimpin di Indonesia harus pandai mencari dan menciptakan peluang, new opportunities, apakah di bidang bisnis, apakah di bidang kerja sama internasional ataupun di bidang pembangunan ekonomi di daerah.

Saudara-saudara,
Situasi ini akan terus berlanjut. Jangan dikira setelah 2014 langsung terang-benderang, akan terus berlanjut perubahan ini, akan masih ada masalah-masalah yang kompleks, yang beragam, paradoks, dan ketidakpastian. Oleh karena itu, para pemimpin, Saudara semua, kita semua haruslah tetap adaptif dan inovatif, teguh para prinsip nilai dan etika, jangan kita berkompromi pada prinsip, pada nilai, pada etika, tetapi harus fleksibel dan adaptif ketika kita memilih strategi, memilih cara yang patut untuk mencapai tujuan.

Kemudian ingatlah Saudara, supaya tidak kecewa, tidak frustasi, satu masalah kita selesaikan, muncul masalah yang lain. Ini bisa kita capai, yang lain belum bisa kita capai. Oleh karena itu, membangun sebuah bangsa, meningkatkan kesejahteraan rakyat itu adalah never ending goals. Kalau itu kita ketahui, kita sadari, insya Allah akan makin efektif dan berhasil Saudara semua di dalam memimpin di negeri ini.

Saya sudah bicara lebih dari separuh dari substansi ceramah saya. Bagian berikutnya lagi, sebagaimana yang saya sampaikan tadi l want to share with you all tentang apa yang saya lakukan selama ini, yang cocok silakan diambil, yang tidak cocok jangan diambil, yang ada gunanya mungkin bisa meningkatkan keberhasilan Saudara, yang tidak gunanya lupakan saja.

Begini Saudara-saudara, saya ingin menyampaikan dulu keyakinan dan pilihan saya atas kepemimpinan yang saya jalankan, I have to choose, I have to have my own decision. Banyak yang tidak dimengerti, banyak yang tidak diketahui, banyak yang tidak diliput oleh media massa. Saya ingin menyumbangkan pengalaman saya yang baik, yang getir, suka dan duka kepada Saudara semua, karena setelah selesai tugas saya insya Allah tahun 2014, sebentar lagi, saya akan mendukung, membantu Presiden-presiden berikutnya lagi, pemimpin-pemimpin berikutnya lagi agar lebih berhasil, dengan harapan mereka semua lebih baik, lebih berhasil, lebih banyak yang bisa dicapai dari masa-masa sebelumnya. Oleh karena itu, apa yang saya sampaikan ini anggaplah sebagai lesson learnt, pelajaran yang bisa dipetik.

Setelah itu, saya jelaskan why I choose those principles. Saya juga akan menyampaikan sejumlah cases, sejumlah policies and decisions yang saya jalankan, termasuk mengapa itu saya ambil dan saya lakukan.

Saudara-saudara,
Saya mulai dari my belief and my choice, keyakinan saya dan pilihan saya atas kepemimpinan yang jalankan selama ini.

Saudara-saudara,
Saya memilih cara dan jalan demokrasi, bukan cara yang otoritarian dalam memimpin Indonesia. Banyak yang mengatakan, sudahlah begini saja, tapi kalau begini sajanya itu cenderung menuju ke otoritarian yang kita koreksi, tentu tidak serta merta bisa kita pilih dan jalankan. Meskipun saya menghormati dan mengikuti norma demokrasi, tetapi hukum, ketentuan harus tetap kita tegakkan. Sistem, manajemen dan aturan main kita ikuti, tidak mungkin memimpin negara begitu saja, tidak patuh pada undang-undang dasar, sistem, manajemen, dan kaidah-kaidah sistem yang harus dijalankan. Resikonya terlalu besar kalau itu serampangan.

Yang kedua, dalam banyak hal saya menangani masalah-masalah penting secara langsung, hands on, I am enganging. Mengapa? Saya memilih bukan mendelegasikan semua hal, di belakang meja, karena saya ingin mengontrol arah dan progress-nya. Hal ini saya sampaikan kepada Wakil Presiden, kepada para menteri, saya akan hands on, tidak mungkin saya lepas begitu saja. Saya sampaikan kepada Panglima TNI, Kapolri, urusan pertahanan, keamanan, saya juga akan hands on karena dampaknya yang terlalu besar bagi bangsa ini. Dan di era perubahan, menurut pendapat saya, my belief, my view, pemimpin tidak boleh mendelegasikan banyak hal, harus menjalankannya dengan melibatkan diri secara langsung, hands on.

Yang lain, saya tetap mengutamakan stabilitas politik, stabilitas sosial, dan keamanan dalam negeri agar keadaan dalam negeri kita relatif stabil dan baik. Tidak mungkin kalau politik terus tidak stabil, gonjang-ganjing, konflik di mana-mana, demikian keadaan sosial kita, demikian keadaan keamanan di seluruh Indonesia, kita bisa membangun ekonomi kita, kita bisa menjalankan dunia usaha kita. Dalam konteks itu, orde baru yang juga menjaga betul stabilitas dan keamanan, itu benar. Persoalannya sekarang dengan tetap menjaga stabilitas dan keamanan itu, marilah kita pilih cara-cara yang sesuai dengan norma demokrasi dan rule of law sekarang ini.

Kalau keamanan dan politik dalam negeri tidak kondusif, bagaimana Saudara bisa berbisnis, tidak mungkin sehingga ini penting saya sampaikan. Ini Allah juga mendengarkan ucapan saya. Jika sekali-sekali saya mengalah dalam tarik-menarik dan konflik politik, sekali-sekali saya berkompromi, sekali-sekali saya lebih baik membangun konsensus, bukan saya ragu atau tidak berani, karena saya tidak ingin makin menjadi-jadi konflik dan benturan politik itu yang akhirnya membawa negara kita persis seperti situasi 10, 11, 12, 13 tahun yang lalu agar politik tidak terlalu panas. Saya tahu banyak kritik, saya tahu saya harus menahan perasaan saya, tapi itulah pilihan saya dengan segala pertimbangan.

Yang lain, saya harus sampaikan di samping saya harus pragmatis, para Pemimpin Muda, dan hampir sepanjang waktu saya 6,5 tahun lebih ini menangani masalah dan isu yang terus mengalir, ini yang dekat dengan saya selama 6-7 tahun mengerti. Hari Sabtu, Minggu pun terkadang kita harus menghabiskan to solve the problem, to handle the critical issue. Tidak selalu saya sampaikan kepada rakyat, kepada media massa supaya cepat selesai dan tidak menjadi isu atau kekhawatiran baru. Tetapi meskipun kita harus pragmatis, tapi kita tidak boleh tidak punya visi. Oleh karena itu, saya tetap mengajak pemerintah dan rakyat bahwa kita harus melihat tujuan dan sasaran jangka menengah dan jangka panjang. Yang kita kelola ini Saudara, yang kita bangun ini negara, bukan hanya partai politik X, bukan hanya perusahaan Z, bukan hanya brigade atau divisi militer, tapi negara, country, nation, rakyat, yang tidak mungkin kita tidak punya long term objectives, visi jangka menengah dan jangka panjang.

Reformasi dalam keyakinan saya harus tetap berlanjut. Tetapi saya memilih reformasi dan bukan revolusi. Sebuah reformasi yang besar di negara mana pun mesti dijalankan secara bertahap, berlanjut dan intensif, tapi terus-menerus, gradual, steady, and continuous reform, tetap menjaga keseimbangan. Revolusi tidak mungkin menjaga keseimbangan, mesti terjadi penjungkirbalikan, disorder dan itu tidak mungkin kita bisa membangun ekonomi dan usaha kita. Lihat reformasi di Republik Rakyat Tiongkok sejak mendiang Deng Xiaoping, gradual, steady, continuous reform, dan juga negara-negara yang jauh lebih maju dibandingkan kita, ratusan tahun sebelumnya yang juga melaksanakan transformasi dan perubahan besar. Reform not revolution.

Saya menyukai dan memilih kerja sama. Saya senang tadi, ketua panitia, Ketua HIPMI, kerja sama, kerja sama, kerja sama, dan kemitraan, bukan konflik dan pertentangan, cooperation not confrontation. Kecuali jika menyangkut kedaulatan NKRI dan tidak ada cara lain. Saya juga ingin kebersamaan di dalam menyelesaikan politik dengan tokoh kekuatan politik yang lain di negeri ini, saya ingin, mengapa harus berbenturan terus, mengapa tidak kita berkompromi dan kita bisa saling take and give untuk rakyat kita. Tetapi kalau menyangkut hukum, tentu tidak ada kompromi, tidak ada toleransi, rusak kalau hukum dikompromikan, tapi politics masih bisa dimusyawarahkan. Ini my belief and my choice. Saya berkeyakinan dan dengan itu saya juga mengupayakan di dalam negeri ini bahwa demokrasi dan HAM yang menjadi ruh reformasi, itu penting. Tetapi implementasinya, pengembangannya harus berada dalam keseimbangan dengan keamanan dan ketertiban publik, tidak ada yang boleh dikorbankan. On the one hand, we have liberty, on the other hand, we have security. Itulah negara yang kita bangun dan kita tuju.

Terus terang Saudara-saudara, saya menerima kritik tentang yang ini, tetapi saya menyukai jalan tengah, jalan moderat, dan bukan pikiran dan tindakan yang ekstrim, garis keras ataupun radikal. Ya itu pilihan dan gaya saya, pilihan bukan karena keragu-raguan atau karena ketidakberanian. Dan sekali lagi, saya menerima kritik itu, tetapi saya memiliki tujuan yang lebih penting mengapa bangsa yang majemuk seperti ini, konflik ada di mana-mana, saya harus pandai mencari keseimbangan dan kalau ada jalan tengah yang paling baik, jalan tengah yang benar tentunya, mengapa tidak kita pilih. Itulah yang saya harus sampaikan menyangkut my style, my choice, my belief di dalam memimpin Indonesia sekarang ini.

Saudara-saudara,
Berangkat dari semuanya itu, saya menjanjikan tadi ada sejumlah keputusan strategis, kebijakan, dan tindakan penting yang saya lakukan selama 6,5 tahun ini untuk saya kedepankan pada kesempatan yang mulia ini, termasuk latar belakangnya dan argumentasinya sehingga Saudara nanti bisa menjadikannya sebagai pembelajaran, lesson learnt. Silakan dikritisi di situ.

Ada sembilan isu yang secara singkat saya sampaikan. Pertama, resolusi konflik di Aceh. Dulu banyak sekali pro dan kontranya, tetapi saya harus mengambil, saya setuju, saya memilih dan saya memimpin penyelesaian konflik Aceh secara damai. Mengapa? Tiga puluh tahun operasi militer tidak menghentikan konflik itu, jadi bukan itu yang cocok. Ada window of opportunity, terbuka peluang emas untuk kita bisa selesaikan secara damai. We have to think outside the box, ketika operasi militer tidak juga menyelesaikan masalah itu. Dengan tetap NKRI dijamin utuh, Merah Putih tetap berkibar di Aceh. Itu harga matinya. Saya tahu resiko politiknya tinggi, bisa gagal, saya juga mendapatkan tantangan dan perlawanan yang cukup banyak, tetapi I have I had to make that kind of decision waktu itu dan itu telah menjadi bagian dari sejarah kita.

Yang kedua, rekonstruksi Aceh pasca tsunami. Tsunami, kita belum siap, gelegar, seperti itu luar biasa, 200 ribu. Kita semua panik terus terang, tapi hari kedua dan seterusnya, saya sudah di sana, dan waktu itu dunia bertanya, ada yang bertanya, ada yang tidak, ada yang langsung datang. Kami ingin membantu negara anda, rakyat anda, timbul pro dan kontra, jangan, ditolak saja, itu mengancam kedaulatan dan sebagainya. Saya mengatakan ini kemanusian, ini rakyat kita, kita juga sering membantu negara lain untuk urusan bencara, saya putuskan kita terima kerja sama internasional itu, yang penting kita yang mengatur, kita bentuk BRR, kita susun masterplan. Kita tidak tidak berkompromi terhadap good governance, jangan ada korupsi dalam BRR, daerah kita batasi supaya fokus BRR itu.

Saudara-saudara,
Meskipun pro dan kontranya tinggi, setelah kita ambil, ini menjadi salah satu success story di tingkat dunia. DR. Kuntoro dengan timnya sering dipanggil oleh PBB dan negara-negara lain untuk dijadikan contoh how to reconstruct and rehabilitate daerah bencana seperti itu.

Yang ketiga, ingat Saudara, 1999 ada peristiwa besar di Dili, Timor Leste, Timor Timur waktu itu. Dunia ingin menghukum, dunia ingin mengangkat isu itu pada tingkat internasional yang disebut dengan pelanggaran HAM di Timor Timur. Saya baru memimpin negara, bulan pertama, saya langsung menyampaikan kepada PBB, saya tidak bersetuju, saya menolak kalau urusan Indonesia dengan Timor Leste dibawa ke internasional. Saya menolak namanya Commission of Expert. Tetapi kami segera berdiplomasi dan akhirnya bersepakatlah dengan Timor Leste, ada Ramos Horta, ada Mari Alkatiri, ada Xanana, yang kita pilih adalah CTF (Commission of Truth and Friendship) menyelesaikan masalah melihat ke depan. Itu pilihan terbaik, pilihannya bukan dibiarkan, diselesaikan antara kita dan Timor Leste, atau dibawa ke dunia. Dan itu karena Tuhan memberikan jalan kepada kita, Insya Allah menjadi solusi yang permanen dan kita bersepakat melihat ke depan rekomentasi CTF tentu kita jalankan. Banyak yang menentang dari kalangan militer tertentu juga menentang yang menganggap mengapa kita kok masih menyelesaikan itu, harus kita selesaikan daripada dibawa ke luar negeri, dibawa ke pengadilan internasional.

Yang keempat, kita memilih all direction foreign policy, tetap politik bebas aktif. Kita tidak ingin ke kiri-kirian, kita tidak ingin ke kanan-kananan. Semua adalah sahabat kita. Oleh karena itulah, 6,5 tahun terakhir kita telah membikin yang namanya strategic partnership, comprehensive partnership dengan majors powers, misalkan Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, Rusia, Jepang, India, Korea Selatan, Brazil, Australia dan negara lain. Kita bikin kerja sama erat dengan semua major powers. ASEAN tetap rumah kita. G-20 adalah rumah penting yang lain. Saya tahu di dalam negeri ada yang tidak setuju kita berhubungan dengan ini, harusnya ini, sebaliknya harusnya ini, jangan itu. Saya katakan, kita harus menjalin hubungan dengan semua negara, dengan tetap tentunya ASEAN sebagai corner stone of our foreign policy.

Yang kelima, ekonomi jalan tengah. Ini my belief. Saya tidak tahu apakah pemimpin yang akan datang juga memiliki pandangan yang sama, tentu terpulang kepada pemerintahan yang akan datang. Jalan tengah yang saya maksudkan adalah tentu kita tidak menganut kapitalisme yang fundamental, kita juga tidak menganut yang disebut neoliberalisme. Contohnya, pemerintah tetap berperan di sistem yang amat fundamentalis, peran pemerintah dibatasi, tidak boleh terlalu banyak regulasi, ada policy yang menganggu pasar, subsidi tidak dibenarkan, dibatasi sekecil mungkin. Kita tidak, rakyat kita masih memerlukan subsidi yang terarah, yang tepat sasaran, bukan yang tidak tepat sasaran. Kebijakan masih kita perlukan, pengaturan masih kita perlukan. It means bahwa peran pemerintah masih perlu. Tetapi tidak berarti kaidah-kaidah ekonomi pasar yang bikin efisiensinya, bikin efisiennya sebuah ekonomi tidak kita perlukan, tetap kita perlukan, agar efisien, agar kompetitif, agar kita juga bisa menang dalam persaingan global. Yang lain dari pilihan ekonomi kita, kerja sama internasional tetap diperlukan. Tetapi kerja sama yang adil.

Saya sudah menyampaikan di masa yang lalu, saya tidak menyalahkan siapa-siapa mungkin bargaining position kita masih terlalu kecil, kita memerlukan, kita tidak punya apa-apa, ada kerja sama, ada kontrak yang terasa tidak adil. Kita pastikan ke depan, kontrak apa pun, kerja sama apa pun harus adil, memberikan manfaat bagi bangsa kita.

Kontrak di waktu yang lalu, yang nyata-nyata juga tidak adil, dengan cara yang tepat, kita bisa mengajak untuk dinegosiasikan kembali, bukan main ambil alih sehingga nanti kita menjadi sulit secara ekonomi, tetapi dengan pintu masuk yang baik, dengan approach yang baik, kita tata kembali. Harapan saya, mitra-mitra ekonomi kita, multinational cooperation menangkap semangat kita. Kita ingin keadilan, ingin fairness, ingin kesimbangan dalam semuanya itu. Ini pun bukan tanpa resiko, setiap ada pengamat dari luar negeri, pimpinan dunia usaha luar negeri, Indonesia ini bagaimana katanya ingin menjadi ekonomi besar, tetapi terlalu banyak regulasi, terlalu banyak aturan, pemerintah terlalu ini, itu. Saya katakan hal itu masih kami perlukan, karena tanpa itu tidak mungkin ekonomi bisa berjalan dengan adil dan baik. Itu contohnya.

Yang keenam, program pengurangan kemiskinan dengan anggaran yang besar. Saya juga dikritik oleh mereka yang tidak suka, kenapa pemerintah, serahkan saja kepada ekonomi. Nanti ekonomi tumbuh, trickle down effect, toh pengangguran akan berkurang, orang yang bekerja dapat pendapatan. Dapat pendapatan, kemiskinan berkurang. Begitu teorinya. I don’t believe bahwa teori itu akan berjalan dengan baik. Banyak yang gagal. Oleh karena itu, saya juga ingin ekonomi tumbuh, lapangan pekerjaan tercipta, orang yang bekerja punya income, dengan income, dia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. But it is not enough bagi yang sangat miskin, bagi yang memang miskin, yang tidak berdaya, pemerintah tentu tidak boleh tinggal diam. Oleh karena itulah, kita memadukan pula dengan harus ada langkah-langkah etis, new deal, program yang adil untuk membantu saudara-saudara kita yang miskin. Itu our choice keyakinan saya.

Yang ketujuh, MP3EI. Tadi Menko Perekonomian baru saja menayangkan di sini tentang MP3EI. Banyak yang mengatakan, ”Ah itu terlalu ambisius, ah itu omong kosong, tidak akan ada kemajuannya.” Ya selalu ada yang skeptis, yang pesimis, yang berpikiran negatif. Enggak usah kecil hati. Tetapi kami sangat serius. Negara ini perlu pecepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, tidak business as usual. Kalau business as usual terlalu lama untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, kita bikin rencana.

Saudara-saudara,
Saya kira Saudara setuju dengan saya, lebih baik kita punya rencana, lebih baik kita melakukan sesuatu daripada no plans and do nothing. Oleh karena itu, MP3EI sudah saya rumuskan, sudah punya komitmen, mari kita jalankan. Saya mengundang HIPMI untuk menyukseskan MP3EI dan memimpin nanti pada tahun-tahun berikutnya lagi.

Dua strategi penting, keputusan penting terakhir yang ingin saya sampaikan adalah tentang kita dikritik ngapain Indonesia ikut-ikutan mengurangi emisi karbon di negaranya. Sudahlah, yang penting kita begini saja, itu urusan global. Saya tidak setuju. Kita harus menyelematkan negeri kita, yang banjir negeri kita, tanah longsor negeri kita, yang susah petani kita, rakyat kita, kita harus punya responsibility to save our own environment. Oleh karena itulah, 26% pengurangan emisi CO2 by 2020, itu konsep kita, tekad kita, rencana kita, bukan didikte oleh negara lain karena kita punya kepentingan, tentu sesuai dengan kemampuan kita, anggaran kita. Luar negeri tidak perlu terlalu banyak mendikte karena kami ingin menyelesaikan urusan besar ini dengan kemampuan kami. Kalau luar negeri membantu welcome, tapi jangan terlalu banyak mengatur, mendikte, sehingga kami sendiri jadi sulit melangkah. Kami punya kesadaran, kami punya tanggung jawab, kami punya rencana, kami punya policy. Untuk diketahui, ini harus kita jalankan agar pro-growth, pro-job, pro-poor policy itu kita capai, tetapi without sacrificing our environment.

Yang terakhir, satu keputusan yang kita ambil, yang juga menimbulkan kemarin pro dan kontra adalah operasi militer pembebasan Sinar Kudus.

Saudara,
Di Somalia itu masih ada puluhan kapal yang berjejer yang disandera oleh perompak dan belum bisa dibebaskan oleh banyak negara. Saya tahu biasanya kalau kapal dibajak, negara itu langsung, sudah bayar saja, habis perkara, bawa pulang kapalnya. Kapal kita dibajak, Sinar Kudus. Saya tahu bahwa pemiliknya karena sayang pada ABK-nya, sayang pada kapal itu sendiri, ada komunikasi dengan pembajak. Itu hak mereka, saya tidak bisa melarang, karena itu kapal milik yang bersangkutan. Tetapi negara kita tentu tidak cukup hanya itu. Oleh karena itu, dengan management crisis kita tetapkan tiga sasaran. Sasaran pertama, selamatkan 20 orang warga negara Indonesia, ABK itu. Bebaskan kapal, yang ketiga, hajar itu namanya perompak Somalia.

Oleh karena itu, kita kirimkan 3 fregad dengan sekian ratus pasukan khusus dari Marinir Angkatan Laut dan Kopasus Angkatan Darat dan juga ada elemen dari Angkatan Udara. Long Distance Force Projection, itu bukan mengada-ada. Kalau tidak dibebaskan, kita paksa bebaskan. Kalau harus merebut, ada bagian Pantai Somalia, kita rebut. Pasukan kita sudah siap apa pun, manakala itu ternyata kapal dan ABK-nya tidak dibebaskan.

Saudara-saudara,
Sepertinya apa yang, apa cucuk, apa sebanding dengan biaya yang kita keluarkan. Tapi untuk Merah Putih, untuk kehormatan kita, untuk jati diri kita, itu harus kita lakukan.

Yang saya sampaikan adalah sembilan contoh strategic decisions, policies and actions dan by kita, by pemerintah dan by kita semua. Saya menyerahkan kepada Saudara semua, jadikan itu case study atau lesson to learnt dan semangatnya adalah apa pun pilihan, keputusan, kebijakan, tindakan selalu ada pro dan kontranya, selalu ada yang mengkritik, hampir pasti. Oleh karena itu, yang saya ambil sendiri pelajarannya harus saya putuskan, harus saya jalankan. Kalau Saudara-saudara, para pemimpin muda, sekarang atau nanti menghadapi dilema seperti itu, take your decision, take action selebihnya jalankan dengan sebaik-baiknya.

Para Pemimpin Muda dan Hadirin sekalian,
Bagian akhir dari ceramah saya adalah pesan dan harapan saya kepada Saudara semua para pemimpin muda Indonesia. Pertama, tetaplah memegang idealisme dan semangat, jangan kering idealisme. Bangsa yang kering idealisme tidak punya masa depan. Dengan idealisme dan semangat itu berbuatlah yang terbaik untuk negeri ini.

Yang kedua, persiapkan diri Saudara baik-baik dan terus kembangkan kemampuan memimpin karena pada saatnya nanti akan mengambil tanggung jawab dan peran yang lebih besar memimpin negeri ini.

Ketiga, tantangan dan permasalahan akan tetap ada, akan tetap kompleks, akan tetap berat, tetapi percayalah, trust me, bahwa setiap permasalahan selalu ada jawabannya, selalu ada solusinya. Tugas pemimpin, tugas Saudara semua cari dan dapatkan solusi itu dan kemudian jalankan.

Yang keempat, potensi negara kita besar dan masih bisa dikembangkan lebih lanjut sekarang pun masih banyak masalah bottlenecking, problem birokrasi, kemacetan di sana, dan lain-lain masalah yang masih serius, kemajuan kita, progress kita oleh dunia dianggap signifikan, apalagi kalau semua itu kita perbaiki sehingga terhadap ini semua harapan dan pesan saya, jangan pernah berhenti untuk berikhtiar, untuk melakukan perubahan dan perbaikan dan jadilah pemimpin yang inovatif dan kreatif.

Kemudian yang kelima, di era globalisasi dewasa ini, dunia selalu menghadirkan tantangan dan peluang. Hadapi tantangan dan peluang itu secara cerdas. Jangan Saudara melihat globalisasi itu serba ancaman, jangan. Kalau begitu cara melihatnya tidak akan dapat apa-apa, tapi sadarlah bahwa di tengah-tengah ancaman dan masalah banyak opportunity, banyak peluang yang dapat kita alirkan ke negeri kita.

Saudara-saudara,
Itulah pesan dan harapan saya dan menutup acara yang sangat penting ini sebagai ucapan terima kasih dan apresiasi saya, Bung Erwin dan para pemimpin muda yang lain, saya harus mengatakan bahwa saya sudah bicara tentang kepemimpinan, utamanya leadership in action. Saya juga sudah berbagi, sharing dengan Saudara semua tentang pandangan, pengalaman dan tindakan saya selama memimpin negeri ini. Saya juga mengatakan bahwa tantangan dan persoalan yang dihadapi oleh seorang pemimpin sering tidak ringan, tetapi yakinlah ada jalan keluar dan ada solusi.

Dan less but not least, saya ulangi lagi, bahwa ini berdasarkan pengalaman, keputusan dan tindakan yang kita ambil selau ada pengkritik, skeptisme, dan gelombang pro dan kontra. Ada yang menganggap salah, ada yang menganggap terlalu lambat, ada yang menganggap terlalu cepat, alias grusah grusuh dan reaktif, mesti ada komentar-kometar seperti itu. Tetapi haruslah kita ambil dengan baik.

Dan akhirnya, silakan yang cocok, diambil, yang tidak cocok, biar menjadi catatan sejarah di negeri ini. Teruslah belajar Adik-adik, pemimpin-pemimpin masa depan dan teruslah mengembangkan kepemimpinan Saudara-saudara, negara dan rakyat memerlukan kontribusi dan pengabdian Saudara semua agar negara ini makin maju dan berjaya.

Selamat berjuang. Tuhan beserta kita.
Wasssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Comments

Popular posts from this blog

LPJ Divisi Pendidikan Penalaran HIMAP

Mencerdaskan Ospek