Interaksi Masyarakat Multikultur dalam Bentuk Asimilasi


Seperti dalam sebuah pepatah negara kita Indonesia tak ubahnya seperti sebuah replika surga yang dihadirkan didunia oleh Tuhan, bagaimana tidak dalam bentangan negara kita terbentanglah ribuan gugusan pulau-pulau yang menghiasi hempasan laut biru. Kondisi geografis dan dengan adanya pengalaman historitas dalam kearifan lokal negara kita membuat negara kita kaya akan ragam budaya, kondisi ini membuat kehidupan keseharian penduduk Indonesia selalu dihadapkan dengan bagaimana sebuah sikap tenggang rasa dan kerukunan menjadi sebuah sikap yang paling fundamental bagi masyarakat Indonesia. Ibarat dalam sebuah taman bunga, negara kita adalah taman dan masyarakat kita adalah sekumpulan bunga-bunga yang menghiasi taman, mereka tidak akan saling membunuh ataupun merusak melainkan selalu menghadirkan simbiosis yang akhirnya nanti membuat setiap bunga mampu memancarkan keharumanya.

Keanekaragaman ragam budaya yang ada di Indonesia merupakan sebuah dinamika kehidupan yang mampu tersebut dalam sebuah konsepsi multikulturalisme, dimana dalam multikulturalisme tersebutkan bahwasanya adanya sebuah kultur atau ragam budaya yang tidak tunggal ataupun jamak. Dalam sebuah kondisi multikultural setiap kelompok manusia idealnya dituntut untuk bagaimana berperan dalam sebuah interaksi masyarakat yang harmonis agar tidak mampu menciptakan sebuah konflik sosial. Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya negara kita sering dirundung konflik yang melibatkan kelompok masyarakat melawan kelompok masyarakat lain, konflik seperti ini di negara kita sering disebabkan oleh perbedaan kepercayaan antara satu dengan yang lain, sebut saja yang baru-baru ini terjadi bentrokan antar suku dipedalaman Papua dan kasus Syiah sampang, kejadian seperti ini terus menerus terjadi dinegara kita ketika sebuah landasan atau pandangan yang menjadi dasar pijak negara kita ini hanya dijadikan sinmbolitas belaka tanpa ada aktualisasi dalam kehidupan, kita sering menyebutkan Pancasila tapi sering juga kita melanggar apa-apa yang diajarkan oleh Pancasila.
Interaksi Masyarakat Multikultur
                Kearifan lokal negara kita yang tertuang dalam Pancasila sebenarnya menggambarkan bagaimana negara kita yang memilki kondisi sosial yang multikultur harus mampu menjalin persatuan dan kesatuan, dan dengan menjunjung tinggi asas permusyaratan atas segala dinamika sosial, hal ini akhirnya menunjukkan bagaimana pada dasarnya pancasila mengajarkan kita agar kita mampu hidup dengan berdemokrasi, namun perlu digaris bawahi disini demokrasi disini bukan demokrasi ala barat yang seperti biasanya didengung-dengungkan oleh lembaga donor liberal, tetapi demokrasi ala indonesia seperti yang telah tertanam dalam nilai-nilai pancasila.
                Dengan asumsi bahwasanya manusia itu sesungguhnya adalah zoon politicon atau bahwasanya manusia itu membutuhkan bantuan manusia lain untuk melangsungkan hidupnya maka dari situlah timbul sebuah interaksi antar manusia, dimana manusia satu dengan manusia lainya saling berkomunikasi dalam bentuk verbal maupun nonverbal untuk menyampaikan sebuah nilai. Ketika manusia ataupun masyarakat hanya dihadapkan pada sebuah interaksi antar masyarakat yang dalam satu ruang lingkup yang sama dalam hal kultur maka kita akan sedikit menemukan permasalahan didalamnya, namun kita akan banya menemui sebuah permasalahan ketika interaksi antar manusia atupun antar masyarakat itu dalam sebuah ruang lingkup kultur yang berbeda-beda, biasanya sering terjadi ketegangan dikarenakan adanya sebuah fanatisme dan fundamentalitas atas kepercayaan atau kebudayaan yang dianut yang akhirnya menimbulkan presepsi saling menyalahkan dalam sebuah arena dalam masyarakat.
                Akhirnya ketika ketegangan itu timbul maka mulai muncullah kelompok-kelompok yang mengejarkan eksistensi kelompoknya sebagai sebuah dominasi atas mayoritas dalam sebuah ruang kehidupan, mereka akhirnya menenggelamkan kelompok masyarakat yang mereka anggap berbeda dengan kepercayaan mereka dengan menenggelamkan mereka dalam minoritas. Kondisi masyarakat yang multikultur yang sering diwarnai ketegangan sejatinya merupakan sebuah hal yang lumrah terjadi dikarenakan pada hakikatnya perbedaan itu selalu bertendensi pada sebuah ketegangan. Dalam hal kemajemukan Suku Ras dan Agama meskipun ketegangan selalu muncul namun sebetulnya suasana ketentraman dan kerukunan itu mampu terjalin dengan baik, ada beberapa titik poin bagaiaman mewujudkan sebuah kerukunan dalam kemajemukan, asimilasi salah satunya, asimilasi adalah salah satu wujud yang dihasilkan oleh pluralisme sebagai sebuah sikap dalam hal menyikapi sebuah multikulturalisme.
Asimilasi
         Dalam kondisi masyarakat yang heterogen dan multikultur kita akan sering mendengar mengenai Asimilasi atau lebih mudahnya kita mengenal dengan suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka melakukan interaksi intensif yang berdampak pada munculnya perubahan dari kekhasan masing-masing golongan menjadi sebuah kebudayaan campuran. Dalam dinamika masyarakat multikultur asimilasi memang akan selalu terjadi dengan disengaja ataupun terjadi dengan sendirinya, asimilasi terjadi bilamana terjadinya interaksi antara dua kebudayaan atau lebih.
        Asimilasi yang merupakan sebuah turunan konsepsi pluralisme merupakan salah satu wujud proses sosial yang mampu menghadirkan sebuah tatanan sosial baru yang cenderung lebih harmonis, dan sebuah keharmonisan dalam masyarakat multikultur menjadi sebuah titik point ataupun indikator keberhasilan untuk mengukur bagaimana diterapkan atau tidaknya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
     Adanya persatuan dan kesatuan yang tertulis dalam pancasila mengkorelasikan adanya sebuah peleburan antara kepentingan satu dengan kepentingan lain menjadi sebuah kepentingan nasional, asimilasi dalam asumsi penulis tidaklah diharuskan berhubungan dengan kebudayaan tapi juga bagaimana sebuah proses interaksi antar kepentingan, kita bisa melihat bagaimana meleburnya bahasa daerah kita jika kita hadapkan pada bahasa indonesia secara intens, seperti halnya penduduk jawa yang tinggal di Jakarta, keseharian mereka yang menuntut mereka berbahasa Indonesia menuntut mereka untuk sedikit demi sedikit meminimalisir ucapan bahasa jawa dalam keseharian kehidupan, dan akhirnya mereka menjadikan bahasa indonesia dengan sendirinya.
           Asimilasi menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam sebuah dinamika multikulturalisme dikarenakan jika tercipta sebuah ke-egoisan dan fanatisme kebudayaan atau kepentingan dalam masyarakat dan susah untuk dileburkan maka hal ini akan memicu sebuah konflik sosial, berbeda halnya jika sebuah tatanan kelompok masyarakat yang terbuka atas interaksi masyarakat lainya akhirnya keintesifan komunikasi dan interaksi mereka menghasilkan sebuah budaya ataupun kepentingan baru.
        Mudahnya dalam sebuah analogi, kita bisa melihat bagaimana sebuah interaksi antara sebuah kopi sebagai kelompok masyarakat satu dengan susu sebagai kelompok masyarakat dua yang dimana mereka berinteraksi secara intensif dalam sebuah gelas dan akhirnya menghasilkan sebuah budaya baru, dengan meleburkan eksistensi mereka dan menjadikan kopi susu sebagai budaya baru atau eksistensi baru yang terbentuk atas dua esensi dalam satu rangkaian gelas atau ruang sosial.

02-10-2013
Muhammad Luthfil Hakim

Comments

Popular posts from this blog

LPJ Divisi Pendidikan Penalaran HIMAP

Tugas Etika Pemerintahan B.IPM 3