Romantika Sosial Media


Dahulu orang ingin berbicara dengan orang yang berada di lain tempat merupakan suatu hal yang dianggap konyol. Lalu terciptalah Alexander Graham Bell sebelum telepon tercipta. Dan Alxander Graham Bell yang menciptakan Telepon.


Telepon mampu merubah stigma akan utopia dunia komunikasi. Dari telepon manusia mampu berkomunikasi dengan orang lain dari jarak berapapun. Dan manusia tak perlu repot-repot untuk mengirim pesan melalui surat. Butuh waktu lama untuk mengirim pesan melalui media surat. namun melalui telepon, orang tak butuh waktu banyak untuk mengirim pesan. Lalu orang mulai bermimpi lagi, bagaimana membuat telepon menjadi ringan dan mampu dibawa kemana-mana. Hingga akhirnya mimpi itu terwujud seiring dengan berkembangnya teknologi.

Berjalannya waktu, bergulir pula peradaban. Telepon kini menjelma alat yang ringan untuk dibawa. Dan orang menyebutnya kini telepon genggam. Tak hanya menyampaikan pesan secara suara, kini telepon bahkan juga mampu mengirim tulisan. Seolah memoles keunikannya, dunia internet turut hadir membingkai telepon genggam.

Sama halnya dengan telepon, Internet sendiri merupakan sebuah media komunikasi. Dan keduanya sekarang hanya dalam satu genggaman. Seiring dengan terciptanya dua hal itu, kini ruang sosial mulai beralih. Dahulu ruang sosial itu hanya mampu berwujud nyata, sekarang mampu berwujud dalam dunia media teknologi. Namanya sosial media.

Dewasa ini, kita akan mudah mengakses jejaring sosial media layaknya Facebook hingga BBM. Status seseorang yang dulunya hanya dapat dilihat dalam aktivitas keseharian yang nyata kini tertuangkan dalam dunia maya. Siapapun bisa mengakses asalkan dia terkoneksi dengan internet. Hasilnya kini pergeseran dunia sosial terjadi. Banyak orang lebih suka untuk berdiskusi atau berkomunikasi melalui media sosial daripada berkomunikasi di dunia nyata. Hasilnya, adalah selfie. Selfie yang tenar dikarenakan ulah presiden Amerika Barrack Obama sewaktu pemakan Mandela, merupakan sebuah gejala hasil dari perkembangan media sosial. Setiap orang kini ingin menampilkan foto diri dalam Sosial media sebagai penguatan eksistensi.

Penguatan eksistensi di media sosial menceritakan sebuah romantika. Barang siapa yang mampu menampilkan sesuatu yang unik, maka orang itulah yang akan banyak terkomentari. Lihat saja aksi-aksi unik yang ditampilkan oleh beberapa orang di sosial media, akan mampu membuatnya populer. Justru orang-orang yang cenderung monoton atau hanya lurus-lurus saja dalam menampilkan status di media sosial adalah orang yang tidak menarik.

Seperti candu, sosial media terus mempercantik diri, dipercantik oleh para pengguna-penggunanya. Namun sebuah kecantikan sejatinya akan menarik, jika cantik yang dipertontonkan secara natural. Jika kecantikan dalam ruang sosial media dibuat oleh kosmetik, maka sejauh itu pula esensi kejujuran dalam ruang sosial hilang, akhirnya menjadi sebuah ruang sosial yang dusta.

Muhammad Luthfil Hakim
Kembang Kertas, 28 Januari 2014

Comments

Popular posts from this blog

LPJ Divisi Pendidikan Penalaran HIMAP

Tugas Etika Pemerintahan B.IPM 3